Produksi Suara

Pada dasarnya instrumen vokal kita dalam memproduksi suara melewati beberapa proses, di antaranya adalah proses pernafasan, produksi suara oleh pita suara, pembentukan artikulasi, serta resonansi. Proses tersebut harus dilewati semua agar menghasilkan suara, baik suara untuk berbicara maupun untuk bernyanyi.

Pernafasan

Udara dari dalam paru-paru dihembuskan keluar, melewati saluran pernafasan yang mana terdapat pita suara. proses ini adalah fondasi dari menyanyi. Tanpa adanya proses pernafasan, kita tidak mempunyai tenaga penggerak yang menggetarkan pita suara. Dan teknik pernafasan yang lemah akan menghasilkan nyanyian yang juga lemah.

Produksi suara

Udara yang melaju keluar akan memaksa pita suara untuk bergetar dan getaran tersebut menghasilkan suara. Pita suara terletak di pangkal tenggorokan, ukurannya tidak besar, gerakannya menutup dan membuka. Saat akan memproduksi suara, pita suara akan menutup untuk menahan udara yang melaju dan menyesuaikan bentuknya untuk mencapai pitch dan intensitas tertentu.

Artikulasi

Suara yang dihasilkan dibawa oleh udara ke rongga mulut, di mana bunyi akan dibentuk oleh posisi lidah, bentuk mulut dan bibir, bahkan posisi gigi. Suara konsonan dan vokal, “a”, “i”, “u”, “e”, dan “o”, lalu “ma”, “la”, sol”, “ku” semua itu dibentuk pada proses ini. Cobalah mengucapkan “la, li, le” lalu mengucapkan “ba, bi, bu” dan perhatikan bagaimana posisi artikulator kita, di manakah posisi lidah, bagaimana bentuk bibir, dsb.

Resonansi

Setelah suara terbentuk, getaran dari suara tersebut beresonansi di rongga wajah lalu terproyeksi ke luar, terbawa oleh udara kepada telinga pendengar. Resonansi merupakan proses yang sangat penting untuk menentukan kualitas suara yang kita hasilkan juga bagaimana proyeksinya ke luar. kamu bisa melihat pada gitar akustik terdapat lubang pada badan gitar tersebut, itulah yang dikenal sebagai resonator. Pada instrumen vokal kita, resonator terdapat di rongga wajah, sinus, tenggorokan, dan dada.

Dalam menyanyi, diperlukan kontrol penuh terhadap keempat proses tersebut di atas. Seorang penyanyi harus melatih dirinya agar bisa mengontrol seberapa cepat udara yang dihembuskan, seberapa kuat intensitasnya, mengontrol pitch, mengontrol diksi dan artikulasi, serta mengontrol letak resonansi suara, semua itu dengan harus terjadi secara otomatis tanpa dipikirkan. Sebagian besar latihan vokal yang ada bertujuan untuk melatih kontrol kita terhadap instrumen vokal yang kita miliki.

Banyak penyanyi yang bernyanyi berdasarkan kebiasaan saja. Bagus jika kebiasaan tersebut baik, tetapi jika kebiasaan itu adalah kebiasaan yang tidak baik dan celakanya lagi tidak bisa dikontrol. Dengan melatih vokal dengan teknik yang benar kita akan memiliki kesadaran akan instrumen kita ini, dan kesadaran itulah yang akan membantu kita mengendalikan vokal kita secara penuh.

Ketika kita tampil di atas panggung, semua teknik vokal kita terjadi secara otomatis tanpa dipikir. Maka dari itu penting sekali kita berlatih secara berulang, hingga semua hal teknis sudah menjadi auto pilot. Nyanyi sambil mikir itu tidak akan enak keluarnya.

Penempatan vokal

Biasa dikenal dengan istilah vocal placement, adalah di mana kita merasakan sensasi getaran dari suara kita dan pengaruhnya terhadap bunyi yang dihasilkan serta mempengaruhi teknik vokal kita juga. Silahkan kamu coba melihat ke langit-langit lalu hitung angka 1-10, rasakan suara ada di leher, lalu sekarang lihat ke lantai dan hitung lagi angka 1-10, sekarang ada perubahan, kamu akan merasakan senssasi getarannya di area wajah. Dalam menyanyi, lebih ideal untuk penempatan yang kedua yaitu di wajah. Tapi kita jangan melihat ke lantai terus ketika bernyanyi, kita bisa mendapatkan sensasi yang sama ketika kita melihat ke depan. Jika kita terlalu membebani tenggorokan atau suara leher saat bernyanyi, kita akan cepat lelah suaranya, serak, dan resonansinya akan mendem, tidak ada proyeksi. Bayangkan pengeras suara kita ada di area wajah.

Vowel atau pembentukan huruf hidup

Selain penempatan vokal, cara kita membentuk huruf hidup dengan mulut kita juga sangat berpengaruh kepada resonansi dan bunyi yang kita hasilkan. Misalnya ketika kita menyanyikan huruf e, dengan mulut kita terbuka lebar ke samping, maka bunyinya akan terdengar flat. Sekarang coba nyanyi huruf e dengan bentuk mulut lebih bulat seperti menggabung huruf e dengan huruf o, maka bunyi yang dihasilkan akan lebih bulat. Hal ini terjadi karena rongga mulut begitu besar mempengaruhi resonansi suara. Sehingga jika dibiarkan terbuka terlalu lebar, bunyi yang dihasilkan akan cenderung flat. Tips, gabung a dengan o, i dengan u, e dengan o.

Tapi harap dicatat, bahwa hal ini adalah teknik dasar untuk mengoptimalkan suara kita. Jika secara konsep artistik kita ingin mendapatkan suara yang flat, atau kita mau menyanyi dari tenggorokan, sah-sah saja, tapi harap tetap dan selalu memperhatikan kesehatan vokal.

Pitch dan intensitas nada

Pitch adalah tinggi atau rendahnya nada yang ditentukan oleh frekuensi getaran dari nada tersebut. Frekuensi ini dihitung dalam satuan hertz (putaran perdetik). Telinga manusia dapat mendengar nada dalam wilayah 20 hingga 20.000 hertz.

Pitch ditentukan dari seberapa cepat atau lambat pita suara kita bergetar. Seberapa cepat atau lambat pita suara bergetar ditentukan oleh tekanan pada pita suara. Semakin besar tekanan pita suara, maka semakin tinggi pitch yang dihasilkan. Seperti semakin tegang senar gitar yang semakin tinggi saat digetarkan.

Dengan kata lain, pitch adalah ketepatan nada yang dinyanyikan. kamu mungkin sering mendangar istilah “pitchy” yang artinya out of tune, atau fals.

Intensitas nada adalah kekuatan gelombang nada yang diterima telinga. Intensitas nada ini dihitung dalam satuan decibels (db). Sedangkan untuk perubahan kuat dan lemahnya intensitas nada dikenal sebagai dinamika. Intensitas nada ditentukan oleh seberapa besar tekanan udara yang dilepas oleh pita suara saat ia memproduksi suara.